Aku Seorang Dokter Spesialis
Semenjak kecil setiap ada yang bertanya apa cita – cita ku pasti aku jawab “jadi dokter” dengan lugu. Berawal dari kebiasaan kemudian menjadi suatu hal yang tertanam di kepalaku “jadi dokter”. SD, SMP, dan SMA aku lalui dengan pemikiran dan paradigma yang sama.
Lulus dari SMA aku dengan penuh percaya diri mengambil progam studi kedokteran di UNSOED. PMDK jalur yang pertama ku coba, tetapi hasil berkata lain. Aku tetap mencoba melalui jalur SPMB dengan motivasi “kedokteran pasti ditangan”, tetapi hasil yang sama kembali kuraih. Pantang menyerah aku kembali mengikuti tes masuk yang ketiga melalui jalur SNMPTN. Perasaanku amat kacau, dan aku sudah putus asa menunggu hasil SNMPTN. Hari pengumuman telah tiba, aku membuka web SNMPTN dan dengan cemas memasukkan namaku. Hasilnya, impianku selama ini tidak terwujud, tetapi satu hal yang membuat hatiku sedikit senang, pilihan keduaku diterima.
Kedokteran telah berlalu, walau begitu kesedihanku tidak berlarut – larut. Pilihan kedua yang juga aku sukai sudah ku dapatkan “agribisnis” itu yang membuatku kembali gembira menatap masa depan. Teman – teman dan senior – senior di sini membuatku nyaman dan merasa betah disini. Kedokteran???? aku juga nantinya jadi dokter “ dokter tanaman “. ^^
Saat sedang sendiri untuk merenung dan introspeksi aku mendapat sesuatu hal yang menurutku luar biasa. Ternyata sejak SMA aku telah menjadi dokter, menganggumkan bukan? Aku menjadi dokter spesialis yang ahli dalam menangani kasus – kasus “sedih”. Sedih memang sesuatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Belum mengerjakan tugas, tidak bisa menjawab pertanyaan, ketahuan mencontek, dijauhi teman, masalah keluarga, diputus pacar, banyak sekali hal yang membuat teman – temanku bersedih.
Menyikapi hal – hal tersebut aku gag cuma berdiam diri atau malah ikut bersedih. Usaha yang pertama aku lakukan adalah mencari akar permasalahannya. Masalah kudapatkan saatnya menghibur ^^ , memang nggag 100% langsung terhibur dan tersenyum tetapi pada akhirnya semuanya gembira dan tersenyum. Terkadang kasusnya sedikit aneh, dan tidak serta merta terselesaikan. Sebagai contoh seorang teman sedih karena dia butuh uang, padahal aku juga jarang punya uang. Apa yang harus kulakukan? Karena dia pemalu jadi gag berani ngutang jadi aku yang cari utangan wkakakka tapi beneran terjadi lho.
Ada juga kasus menyedihkan yang aku tangani, yaitu kasus pertamaku tentang percintaan, wuehehehe. Seorang temanku cowo, saat kita kelas 2 ada adik kelas yang suka sama dia. Adik kelas ini sepertinya memang bener – bener suka sama temenku. Seiring berjalannya waktu mereka jadian. Mereka bener – bener seperti pasangan serasi, keluarga adik kelas inipun juga sudah menyetujui. Tanpa diduga dan diharapkan sesuatu yang buruk pertanda awal kehancuran terjadi. Adik kelas ini mulai susah dihubungi, temanku yang awalnya nggag terlalu suka dan sekarang bener – bener suka menjadi bingung harus bagaimana. Banyak sekali alasan yang diberikan adik kelas ini. Satu persatu alasan – alasan yang diberikan mulai tampak kebohongannya. Temanku mulai penasaran dia mencari tahu dan yang aneh orang tuanya yang awalnya setuju sekarang bertolak 180 derajat. Temanku yang sudah terlanjur suka ini amat sangat sedih dan akhirnya memutuskan hubungannya. Suatu hal yang memperuncing permasalahan adalah adik kelas ini bilang ke teman – temannya segala sesuatu yang buruk tentang temanku. Example : dia mutusin aku, padahal aku masih cinta, dia cuma mainin aku, dll. Bagaimana perasaanmu jika dari tidak suka menjadi suka setelah itu diputusin? Aku cuma bisa berdoa dan memberi motivasi serta sedikit menghibur. Sukses aku berhasil membuat temanku kembali ceria.
Aku berpikir itu semua aku dapatkan dari Tuhan dan karena paradigma atau pola pikirku yang ingin menjadi dokter, sehingga sehari – hari aku seolah – olah sudah menjadi dokter. Tidak peduli kearah mana kita akan pergi tetap cita – cita akan menjadi tujuan utama. Kita yang berusaha Tuhan yang menentukan.
0 comments:
Post a Comment